lelakiku

lelakiku

Grab This Layout: Home for the Holidays, Winter
Layouts - Comments - Graphics

MySpace 2.0 & 1.0 Layouts, Comments and Graphics

!n9!n keMb@li

Pernah ku coba, untuk mengerti.

Tapi tak pernah, ada tanda dihati

Sampai kau pamit hari itu

Dan bila kini kau t’lah pergi,

ada yang hilang dari diriku

Dan bila harus kau tetap disana, tolong ingat aku….

Pernah kuminta, untuk bertemu

Dan ingin Tanya, masih’kah ada waktu

Biar kucoba sekali lagi…

Dan bila mungkin,

kau kembali ada harapan menanti kita tapi bila harus kau tetap disana

Mugkin kau perlu tahu,

beratnya beban kehilangan dirimu terluka dan kecewa…

Dan bila kini kau telah pergi,

ada yang hilang dari diriku

Dan bila harus kau tetap disana…

KUINGIN KEMBALI Dan bila mungkin,

kau kembali ada harapan menanti kita tapi bila harus kau tetap disana…

KUINGIN KEMBALI Pernah ku coba, untuk mengerti.

Grab This Layout: Anime Girl Butterflies, Girly
Layouts - Comments - Graphics

MySpace 2.0 & 1.0 Layouts, Comments and Graphics
lelakiku
‘I could love you, if I met you early’ suara lembut lelakiku. Kata-kata itu membuatku terdiam…dan hati kecilku berbisik “I already love you”…hanya hati kecilku yang berbicara, karena sepertinya mulut kecilku tak sanggup untuk melontarkan kata-kata itu pada lelakiku.
yah…andai saja kita bisa memutar waktu…,kita mungkin akan bertemu dulu, bukan disaat sekarang..


Aku kembali ingat dengan komitmen awalku dengan lelakiku..,kita tak akan mendeklarasikan hubungan kita berdua dengan sebuah status “Pacaran”. Apalah arti sebuah status, selama aku merasa nyaman didekatnya dan aku tidak menyakiti hati orang lain..gumanku dalam hati..
“aku berkomitmen untuk tidak mencintai seseorang dan menjalin sebuah hubungan dengan seseorang, karena aku masih merasa sakit dengan hubunganku yang lalu”

“I have said nothing because there is nothing I can say that would describe how I feel as perfectly as you deserve it.” ya..aku tak akan perna lupa dengan kata-kata yang muncul dari mulut lelakiku.

aku tahu,
kau masih mencintai belahan jiwamu
meskipun kau hanya diam
namun aku tetap bersyukur
kau masih memiliki sebuah rasa
meskipun kau tak pernah mengungkapkannya kepadaku
tapi aku tahu itu
aku akan tetap menjadi kupu-kupu merah mudamu
meski tak ada lagi warnaku seindah dulu
karena aku bangga
bisa menjadi bagian dalam cerita hidupmu
denpasar, 10 Maret 2008. untuk lelakiku elang


cErp3n c!nt@

Disclaimer: Postingan panjang. Harap bersiap-siap meluangkan waktu untuk cerita pendek ini…

Cerita ini merupakan kisah nyata seorang tante yang saya temui di Bali, tetapi detail yang saya sebutkan mungkin tidak sesuai dengan kisah aslinya. Saya menuliskan apa yang saya tangkap dari yang diceritakan tante. Sebut saja Ami (bukan nama sebenarnya). Tante Ami bercerita mengenai pengalaman hidupnya ketika masa kuliah.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).

Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.

Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu berita.
Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena musibah!Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…
Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal…Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
…dan Ami kemudian pingsan…
Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.

Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua ini.
Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Iman.

Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.
Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.

Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.
…tiga bulan kemudian…
Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.
Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.
Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.

Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Iman.

Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami, walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.

Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Ami.
Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.

Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ami bahagia.
Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.
…beberapa bulan setelah menikah…
Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami dan Iman.

Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.

Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus
mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…
Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih, terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang sudah membekas dihati.

Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa adanya.
[Updated]

Menanggapi beberapa komen via YM, saya hanya memberi keterangan bahwa tante Ami telah mempunyai 2 anak dari Om Satria. Mereka mengetahui kisah ini dan sempat menyalahkan tante Ami. Namun tante Ami menegaskan bahwa dirinya sudah tidak ada perasaan lagi dengan mas Iman. Tapi hati orang siapa yang tahu?
By the way, jadi teringat ucapan Mama-nya Fanny (teman ketika
liburan di Bali):

Masa lalu adalah masa lalu (past), masa depan adalah masa depan (future). Tetapi masa kini adalah hadiah. Oleh karena itu disebut present. We live for today…so don’t look back.

anak aksida

anak aksida
cari cowok..heheheh

Selasa, 20 Januari 2009